Social Icons

Pages

Sabtu, 15 Maret 2014

Wajah Baru Eks Lokalisasi Bangunsari






Wajah Baru Eks Lokalisasi Dupak Bangunsari



Pemerintah Kota Surabaya saat meresmikan Dupak Bangunsari sebagai kampung bekas prostitusi (21/12). Bekas lokalisasi Dupak Bangunsari Surabaya sudah menanggalkan wajah lamanya.

BEKAS lokalisasi Dupak Bangunsari Surabaya sudah menanggalkan wajah lamanya. Saat ini tidak ada lagi warung yang menjajakan minuman keras, rumah-rumah yang beralih fungsi menjadi wisma, serta Pekerja Seks Komersial (PSK) wara-wiri.

Saat ini, Pesantren dan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) berdiri kokoh di Dupak Bangunsari. Warganya yang dulu berjualan minuman keras sekarang beralih berjualan makanan. Rumah yang dulu disewakan menjadi wisma, sekarang dikontrakan sebagai tempat tinggal. Sedangkan PSK-nya banyak yang memilih kembali ke daerah asalnya.

Sejak ditutup akhir 2012 lalu, kampung ini terus berbenah. Kegiatan keagamaan rutin diadakan. Bahkan Dupak Bangunsari dijadikan lokasi penyelenggaraan Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) IX. Kampung yang dulu dikenal lokalisasi Bangunsari itu pun riuh oleh sekitar 2.000 anak usia TK dan SD dari sekitar 300 TPA di Surabaya.

Hari ini, Minggu (19/01) mereka mengikuti berbagai lomba dari Nasyid, pidato Bahasa Arab, Peragaan Sholat, Cerdas Cermat Al Quran, Lomba Tartil, Mewarnai, Kaligrafi, dan lain-lain. Meskipun dimulai sejak pagi, peserta masih tampak bersemangat hingga siang hari. Dengan busana muslim berwarna-warni, peserta seperti tidak sabar menunjukkan kebolehannya di atas panggung.

Ketua panitia FASI IX, Ahmad Fadholi mengatakan penyelenggaraan acara ini di kampung eks lokalisasi sekaligus ingin menunjukkan dukungan kepada Pemerintah Kota Surabaya yang berencana menutup semua lokalisasi di kota tersebut. "Kebetulan Dupak Bangunsari ini menjadi pilot project tersebut di Surabaya," ujar Fadholi.

Direktur LPP SDM DPD Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Surabaya ini menambahkan, kegiatan kali ini sekaligus ingin menunjukkan perubahan wajah Dupak Bangunsari.

Pada masa jayanya sekitar 1980-an, di RW 4 Dupak Bangunsari, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan Surabaya ini terdapat sekitar 3.000 PSK yang tersebar di 15 RT. Dupak Bangunsari menjadi kawasan merah yang cukup terkenal karena dekat Pelabuhan Tanjung Perak dan menjadi lokasi transit favorit Anak Buah Kapal. Karena besarnya bisnis prostitusi di kawasan ini, jabatan RW menjadi bergengsi dan bahkan diperebutkan karena pasti mendapat upeti dari pekerjanya.

Tokoh masyarakat Dupak Bangunsari, Khoiron Syu'aib mengatakan, sebelum resmi ditutup Pemkot Surabaya pada Desember 2012, sebagian warga sebenarnya sudah merintis jalan perubahan. Di antaranya mengadakan pengajian santapan rohani setiap Jumat sore sejak 1985.

Semakin lama, jumlah PSK di tempat ini semakin berkurang hingga hanya menyisakan 135 orang PSK di dua RT saja. Ditambah lagi adanya program dari Gubernur Jawa Timur pada 2011 yang mencanangkan Jatim Makmur Bebas Asusila. Akhirnya Pemkot Surabaya pun menindaklanjutinya dengan menutup satu demi satu lokalisasi di Surabaya dengan Dupak Bangunsari menjadi pilot project.

Warga RW 4 Dupak Bangunsari, Nia mengatakan kegiatan Islami seperti FASI diharapkan bisa memupus habis kesan Dupak Bangunsari yang terlanjur negatif. "Apalagi kalau ada yang melantunkan ayat-ayat Al Quran, kami harap kehidupan di sini bisa jadi jauh lebih baik," ujarnya.

di postkan oleh : KIM KREMBANGAN
  sumber berita : Aggraini (Praja Jayanti) | Vriana Indriasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Berita Kim

Sample Text

 
Blogger Templates