Pemerintah Kota
Surabaya saat meresmikan Dupak Bangunsari sebagai kampung bekas prostitusi
(21/12). Bekas lokalisasi Dupak Bangunsari Surabaya sudah menanggalkan
wajah lamanya.
BEKAS lokalisasi Dupak Bangunsari Surabaya sudah menanggalkan wajah lamanya. Saat
ini
tidak ada lagi warung yang menjajakan minuman keras, rumah-rumah yang
beralih fungsi menjadi wisma, serta Pekerja Seks Komersial (PSK)
wara-wiri.
Saat ini, Pesantren dan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) berdiri kokoh di
Dupak Bangunsari. Warganya yang dulu berjualan minuman keras sekarang
beralih berjualan makanan. Rumah yang dulu disewakan menjadi wisma,
sekarang dikontrakan sebagai tempat tinggal. Sedangkan PSK-nya banyak
yang memilih kembali ke daerah asalnya.
Sejak ditutup akhir 2012 lalu, kampung ini terus berbenah. Kegiatan
keagamaan rutin diadakan. Bahkan Dupak Bangunsari dijadikan lokasi
penyelenggaraan Festival Anak Sholeh
Indonesia
(FASI) IX. Kampung yang dulu dikenal lokalisasi Bangunsari itu pun riuh
oleh sekitar 2.000 anak usia TK dan SD dari sekitar 300 TPA di
Surabaya.
Hari ini, Minggu (19/01) mereka mengikuti berbagai lomba dari Nasyid, pidato Bahasa Arab, Peragaan Sholat,
Cerdas
Cermat Al Quran, Lomba Tartil, Mewarnai, Kaligrafi, dan lain-lain.
Meskipun dimulai sejak pagi, peserta masih tampak bersemangat hingga
siang hari. Dengan busana muslim berwarna-warni, peserta seperti tidak
sabar menunjukkan kebolehannya di atas panggung.
Ketua panitia FASI IX, Ahmad Fadholi mengatakan penyelenggaraan acara
ini di kampung eks lokalisasi sekaligus ingin menunjukkan dukungan
kepada Pemerintah Kota Surabaya yang berencana menutup semua lokalisasi
di kota tersebut. "Kebetulan Dupak Bangunsari ini menjadi pilot project
tersebut di Surabaya," ujar Fadholi.
Direktur LPP SDM DPD Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia
(BKPRMI) Kota Surabaya ini menambahkan, kegiatan kali ini sekaligus
ingin menunjukkan perubahan wajah Dupak Bangunsari.
Pada masa jayanya sekitar 1980-an, di RW 4 Dupak Bangunsari, Kelurahan
Dupak, Kecamatan Krembangan Surabaya ini terdapat sekitar 3.000 PSK yang
tersebar di 15 RT. Dupak Bangunsari menjadi kawasan merah yang cukup
terkenal karena dekat Pelabuhan
Tanjung
Perak dan menjadi lokasi transit favorit Anak Buah Kapal. Karena
besarnya bisnis prostitusi di kawasan ini, jabatan RW menjadi bergengsi
dan bahkan diperebutkan karena pasti mendapat upeti dari pekerjanya.
Tokoh masyarakat Dupak Bangunsari, Khoiron Syu'aib mengatakan, sebelum
resmi ditutup Pemkot Surabaya pada Desember 2012, sebagian warga
sebenarnya sudah merintis jalan perubahan. Di antaranya mengadakan
pengajian santapan rohani setiap Jumat sore sejak 1985.
Semakin
lama, jumlah
PSK di tempat ini semakin berkurang hingga hanya menyisakan 135 orang
PSK di dua RT saja. Ditambah lagi adanya program dari Gubernur
Jawa Timur
pada 2011 yang mencanangkan Jatim Makmur Bebas Asusila. Akhirnya Pemkot
Surabaya pun menindaklanjutinya dengan menutup satu demi satu
lokalisasi di Surabaya dengan Dupak Bangunsari menjadi pilot project.
Warga RW 4 Dupak Bangunsari, Nia mengatakan kegiatan Islami seperti FASI
diharapkan bisa memupus habis kesan Dupak Bangunsari yang terlanjur
negatif. "Apalagi kalau ada yang melantunkan ayat-ayat Al Quran, kami
harap kehidupan di sini bisa jadi jauh lebih baik," ujarnya.
di postkan oleh :
KIM KREMBANGAN
sumber berita : Aggraini (Praja Jayanti) | Vriana Indriasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar